Al-Wasilah (اَلْوَسِيْلَةُ) secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menyampaikan serta dapat mendekatkan kepada sesuatu.
Wasilah secara syar’i (terminologi) yaitu yang diperintahkan di dalam Al-Qur-an adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Alloh Azza wa Jalla,seperti...
Untuk lebih lanjut lagi, ada di bawah ini. Makala ini di buat untuk kalian yang lagi sedang mencari pengertian wasila. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kalian ya, setelah emmbaca budayakan tinggalin jejak. Hehehe enjoy.
MAKALA AQIDAH
“WASHILA”
Di Susun Oleh:
1.
Arini
S
2.
Indah
wahyuni
3.
Ahmad
Muhtada
4.
Ammad
Nur Salam
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Aqidah tentang
Washila Makalah Aqidah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah Aqidah teman-teman ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makassar, 15 Deseember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
A.
Latar Belakang................................................................................... 4
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5
A.
Pengertian Washila............................................................................. 5
B.
Manfaat Washila................................................................................. 6
C.
Macam-Macam Washila..................................................................... 6
D.
Conoth Washila.................................................................................. 7
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 9
A.
Kesimpulan......................................................................................... 9
B.
Saran................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELKANG
Washila Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama,
yang dimaksud wasilah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan diri kita.
Dengan pengertian semacam ini, maka sudah barang tentu alat tersebut sudah
harus bisa sampai terlebih dahulu kepada Allah, padahal tidak ada sesuatu yang
dapat sampai kepada Allah kecuali yang berasal dari Allah itu sendiri.
Satu-satunya yang dapat sampai kepada Allah hanyalah cahaya (Nur) Allah
sendiri, sebagaimana tidak ada yang dapat sampai kepada matahari kecuali cahaya
matahari itu sendiri. Dengan demikian, wasilah yang dimaksud dalam ayat 35
Surah al-Maidah pasti bukan amal saleh, bukan pula keimanan dan ketaatan
sebagaimana yang dipahami orang selama ini, melainkan Cahaya (Nur) Allah.
Sesuatu dapat dijadikan wasilah jika diridlai dan
dicintai ALLAH. Berdoa dengan tawasul artinya memohon kepada ALLAH dengan
menyebut sesuatu yang dicintai atau diridlai Allah contoh :jika kita ingin
mendapat ampunan Allah kita berdoa : Ya Allah berkat namaMU Arahman dan Al-Ghafur ampunilah segala kesalahanku,anak,istri dan keluargaku.Ya Allah berkat kebesaran anabi
Muhammadsaw mudahkan segala urusanku ….dan lainya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian Washila !
2.
Manfaat Washila !
3.
Macam-macam washila !
4.
Contoh washila !
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Washila
Berikut ini, pengertian tentang Wasilah (Tawassul):
Al-Wasilah (اَلْوَسِيْلَةُ)
secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menyampaikan serta
dapat mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah wasaa-il (وَسَائِلٌ).
Selain itu wasilah juga mempunyai makna yang lainnya, yaitu kedudukan di sisi
raja, derajat dan kedekatan.
Wasilah secara syar’i (terminologi) yaitu yang diperintahkan di dalam
Al-Qur-an adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Alloh Azza
wa Jalla, yaitu berupa amal ketaatan yang disyari’atkan. Seperti firman Alloh
pada surat Al Maaidah:35 di atas.
Allah sendiri telah menetapkan adanya wasilah bagi seorang mukmin untuk mendekatkan diri kepada-Nya:
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang
mendekatkan diri kepada-Nya”. (Al Maidah : 35).
Yang masuk dalam (kategori) ini adalah :
·
Tawasul kepada Allah dengan Nama dan sifat-Nya. Tawasul kepada-Nya dengan
ketaatan amalan orang yang bertawasul dan memohon kepada Allah dengannya.
·
Kedua, bertawasul kepada Allah dengan meminta doa Rasulullah
sallallahu’alaihi wa sallam sewaktu masih hidup, dan permintaan orang mukmin
satu sama lain agar mendoakannya, (kategori) ini ikut poin pertama dan
dianjurkan.
·
Ketiga, tawasul dengan kedudukan dan dzat makhluk. Seperti doa, ‘Ya Allah
saya memohon kepada-Mu dengan kedudukan Nabi-Mu atau semisal itu. Cara
seperti ini oleh sebagian ulama dibolehkan, akan tetapi pendapat ini
lemah. Yang benar dan kuat adalah diharamkan. Karena tidak diperkenankan
bertawasul dalam doa kecuali dengan Nama dan Sifat-Nya.
·
Keempat, tawasul yang
digunakan umum orang-orang belakangan, yaitu doanya Nabi sallallahu’alaihi wa
sallam dan meminta pertolongannya (istighotsah, meminta pertolongan dengan
orang mati dan para wali). Ini termasuk syirik besar. Karena doa dan
istighotsah kepada sesuatu yang tidak mampu melainkan Allah termasuk ibadah,
maka mengahadapkan kepada selain Allah termasuk syirik besar. Satu-satunya kaidah untuk
mengetahui bahwa suatu perkara itu bisa mendekatkan diri kepada Allah hanyalah
dengan melihat keterangan dari Allah dan Rasul-Nya di dalam Al Qur’an ataupun
As Sunnah. Tidak diperkenankan bagi siapapun, setinggi apapun derajat dia untuk
menentukannya dengan akal pikiran, semangat ibadah, perasaan ataupun pengalaman
religius semata. Tidaklah apa yang datang selain dari Allah dan Rasul-Nya
melainkan pasti akan timbul pertentangan dan ikhtilaf. Allah berfirman :
“Apakah mereka tidak memperhatikan
Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan datang dari sisi Allah tentulah
mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya”. (An Nisaa’ : 82).
B.
Manfaat Washila
·
Seorang
bertawasul dengan orang lain sebenarnya sedang bertawasul dengan amal salehnya
sendiri
·
Seorang yang
bertawsul berarti mengakui bahwa dirinya penuh kekurangan, oleh karena dia
meminta syafaat kepada suatu atau seorang yang menurut prasangka baiknya di
cintai atau di ridahi Allah.
C.
Macam – Macam Washila
·
Tawassul bi
asmaillah (tawassul dengan
nama Allah). Tawassul ini adalah tawasul yang paling tinggi. Misalnya dengan
perkataan a‘ûdzu biqudratillah, a‘udzu bi izzatillah dan yang lainnya. Seperti tawasul
kepada Allah agar disembuhkan dari sakit. Tawassul ini juga bisa dilakukan
dengan menyebut asmaul khusna, secara lengkap atau sebagian.
·
Kedua,
tawasul bi a'mal shalihat (tawassul dengan amal yang baik).
·
Ketiga,
tawassul bis shalihin (tawassul dengan orang-orang
shalih). Tawasul kepada orang-orang shalih, baik masih hidup atau sudah
meninggal. Apa bisa tawasul kepada yang masih hidup. Diceritakan dalam hadits
shahih, ada salah satu sahabat buta, yang ingin bisa melihat, kemudian ia
tawassul Allahumma inni
as'aluka wa atawajjahu bi nabiyyika fi hajati hadzihi... (Ya Allah saya meminta dan
menghadapmu dengan wasilah kepada Nabi dalam memenuhi kebutuhan saya ini...).
Akhirnya sahabat tersebut bisa melihat.
·
Keempat,
tawassul bi dzat (tawassul dengan dzat). Cara
melakukan tawassul macam ini, misalnya bi
jahi (dengan kedudukan), bi hurmati (dengan kemuliaan), bi karamati (dengan kemurahan). Shalawat
Nariyah merupakan tawassul bi
dzat. Tawassul yang keempat ini diperselisihkan oleh para ulama'.
"Menurut sebagian besar ulama, tawassul dengan empat macam di atas tidak
masalah, tetapi menurut Ibn Taimiyah, semua tawassul bisa diterima secara
syariat kecuali tawassul bi
dzat," ulas Kiai Wazir. (Muslimin Abdilla/Mahbib).
D.
Contoh Washila
Kiai
Wazir menjelaskan, dalam kitab Riyadus
Shalihin dikisahkan, ada 3
orang sahabat, yang dalam perjalanan mereka menemukan gua. Karena penasaran,
ketiganya memasuki gua tersebut. Saat sudah masuk, tiba-tiba ada angin kencang,
yang merobohkan batu besar sehingga menutupi gua. Mereka mengalami kesulitan, seminggu
tidak makan, dan memanggil-manggil orang tidak ada yang dengar, lalu ketiganya
muhasabah. Seorang dari mereka berdoa dan bertawassul dengan perbuatan birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua).
Akhirnya batu terdorong angin besar, dan ada sinar matahari. Kemudian yang lain
berdoa dengan amal unggulannya, akhirnya batu tergeser sedikit demi sedikit.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Wasilah (اَلْوَسِيْلَةُ) secara bahasa (etimologi) berarti segala
hal yang dapat menyampaikan serta dapat mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk
jamaknya adalah wasaa-il (وَسَائِلٌ).
Selain itu wasilah juga mempunyai makna yang lainnya, yaitu kedudukan di sisi
raja, derajat dan kedekatan.
Macam-macam washila :
·
Tawassul bi asmaillah (tawassul dengan nama Allah).
·
Kedua,
tawasul bi a'mal shalihat (tawassul dengan amal yang baik)
·
Ketiga,
tawassul bis shalihin (tawassul dengan orang-orang
shalih).
·
Keempat,
tawassul bi dzat (tawassul dengan dzat).
B.
Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Shalih bin fauzan. 1998. kitab tauhid. Akafa
press, jakarta.
http://firdahartanti.blogspot.com/2010/07/konsep-penciptaan-alam-semesta.html
No comments:
Post a Comment