SAAT SAHABAT SELALU PERGI
Aku tidak tau yang membuatku ingin
berubah menilainya hingga Menghabiskan waktu untuk mengikutinya diam diam.
melihatnya dari jauh, berhalusinasi berbicara dengannya dan juga ingin bercanda
satu sama lain. Sikapku
terhadapnya entah harus bagaimana.
Wajahnya mulai terisi di dalam pikiran ku dan sempat hadir dalm mimpiku. Ketika dia tanpa sengaja dia menolehku aku sengaja berpura pura tdk melihatnya, setela merasa sudah tidak ada lagii olehan itu barula aku meliriknyaa
dan sialnya tanpa aku sadari dia tiba tiba melihatku, masi menatapku hingga yang kulakuakn adalah menunduk seolah aku yang jadi korban dari penatapan itu.
Tiap detik, menit, dan jam selalu saja orang
bertambah juga makin berkurang. Aku berinisiatif untuk pulang. belum jauh dari posisiku aku kembali berbalik arah dan melihatnya yang
sekarang tak lagi sendiri entah itu
siapa lalu pikiranku tidak akan salah ketika melihatnya berpegan tangan. Hatiku
sontak berkata benar aku tidak pantas dengannya. Selalu saja aku salah langka
dalam memilih. Aku menegakan kepalaku kembali lalu tersenyum dan berkata kenapa
aku baru peduli di saat sudah mencampakkanya dulu. Seketika itu
gerankanku mala jadi ingin kembali mencari duduk menikmati rasa pahitnya tapi
tidak pada tempat semula.
“Bisa ka kamu menghiburku di saat
seperti ini ?” dering pesan masuk ketelfon Leri. Diluar dari dugaanku leri
sudah ada disini tidak selama yang kupikirkan. “Nindy ?, panggilnya seraya
membangunkan kediamanku. “Are you okey ?” tanyanya lagi. Dengan lesu Ku jawab aku tak baik
baik hari ini Ler. Selalu saja Leri sudah sangat mengerti sikap Nindy di saat
seperti ini. “Nin bisa gak kamu menjawab pertayaanku dengan cepat dengan satu
kata saja ?” tergantung susuai pertayaan Ler, jawab Nindy asal. “seandainya ya
kamu jadi dokter, bisa gak kamu memberikan solusi pada pasien yang kamu tidak
tahu penyakitnya ?”. aku lalu terdiam mengerti maksud Leri. “walaupun pasien
itu memberitahu namanya aku tetap tdk tahu apa yang harus ku lakukan jika
seandainya aku jadi dokter itu Nin. ”baikla Ler, Namanya Nathan, Dia sahabatku sama seperti kamu sebelumnya. 1 tahun
yang lalu Kami banyak menghabisakn waktu bersama. Hingga sore itu entah apa
yang di pikirikannya Nathan mengakui perasaanya padaku. Aku tidak tahu apa yang
harus aku lakukan dengan terpaksa saja aku menerima cintanya tanpa berpikir panjang. Sejak saat itu hubungan kami cukup bertahan lama
tanpa rasa sukaku padanya hingga Aku begitu canggung dibuatnya. Aku tidak habis fikir Nathan akan menyukaiku
sejau ini. suatu ketika Nathan mengetahui aku
memiliki hubungan dengan Pandu. Kakak senior yang ku pacari lebih lama
di banding Nathan. Sikap Nathan terhadap ku sudah sangat berbubah sejak Nathan
mengetahuinya. Aku mencari pandu agar bisa menghiburku di saat seperti ini dan
yang mala kudapatkan adalah kebenaran
terhadap Pandu yang hanyala memanfaatkan ku sebagai dompetnya saja. Sikapku bleng masing masing
memikirkan mereka dan lebih lebih lagi tentangku. Nathan sudah tidak ingin
berbicara bahkan menatapku pun sekali. Yang membeuatku heran ketika Nathan
menatapku hari itu sejenak saja. Lalu aku tersenyum berfikir nathan akan
memafkanku, namun dugaanku tentang itu salah, Nathan mala menunggu panggilan
dari ibu guru agar maju ke depan mengucapkan salam perpisahan kepada teman
teman kelas. Tentu saja sontak membutku kaget. Aku pun lesu dengan rasa penyesalan
bukan kerena Nathan pindah karena ku. Sejak saat itu Hari hampa tanpanya. Aku merindukannya lalu hati ku berkata aku baru menyukaiya
ketika sudah kehilanganya. Aku pun
menangis. Dan sekarang tangannya sudah
di raih oleh orang lain. Saat melihatnya Aku seolah olah menjadi korban dari semua ini
padahal akula pembuat ulah. andai aku tahu akan berakhir seperti ini aku tidak
ingin menerimanya sejak itu .”
Leri pun hanya bisa tersenyum melihat Nindy yang menahan kesedihannya.
Semua perasaan itu akhirnya membutku
mengerti dengan kondisiku yang sekarang seperti ini. pasien yang kamu maksud
sudah menceritakan penyakitnya sahut Nindy menatap leri seolah pasranya.
Maafkan jika beberapa hal dariku yang tidak penting yang harus kamu ketahui,
so, apa Dokter itu bisa menangani pasiennya ? tanyanya balik. “bagaimana jika
aku ingin mengetahui semua agar aku bisa memperbaikinya ?” tanya leri. nindy
hanya terdiam saja. “tidak masalah jika kamu tidak bisa melupakan Nathan aku baik baik saja walau aku
tidak nomor satu bagimu, sebab aku tahu cinta terbaik ketika ingin memulainya
bersama, jika kelak kau punya waktu yang ingin kamu bagi dengan ku aku tetap
menunggu mu. Bisaka aku lebih dari sahabatmu ?,,, tak apa jika kamu tak bisa
menjawabnya sekrang, asal jangan kelamaan nanti ada kadaluarsanya juga., itu
kata Dokter Nin, aku tidak tau Pasein akanka menerima obatnya. sahut Leri
menatap Nindy. Aku juga tidak mengerti apa yang ada di pikiran mu Ler, Kita
sahabat aku tidak mungin kehilangan Sahabatku yang kedua, aku rasanya tidak
ingin mengulanginya lagi Ler. Bagaimana jika sahabat itu bahkan menjadi
selamanya selalu ada Nin ?, tanyanya lagi. aku pun hanya terdiam saja. Dan
kalau saja kamu takut, aku bisa mundur Nin, jelas Leri menjawab kediaman Nindy.
Tentu saja itu membuatku lebih terdiam lagi. Sejam yang lalu kami menikamati kehadiran senja. Leri bangkit dari duduk seraya ingin
berpamitan kepadaku, mungkin aku harus lebih duluan aja Nin, sahutnya tetep
lembut seperti biasa. Aku hanya membalasnya dengan sunyuman tipis. Belum jauh
dari
posisiku, aku berpikir Leri
terlalu baik padaku tapi aku juga tidak ingin kehilanganya. Aku berubah pikiran
juga, tidak ingin larut lagi dalam masa laluku. Langkahnya pun semakin jauh,
tapi dia masi terlihat. aku mengirimkan pesan padanya.
Saat itu juga pesan itu masuk, ” Tak apa
jika kamu tidak nomor satu bagiku sekarang, tapi jadilah nomor satu suatu
nanti. kepalanya sudah tertunduk melihat handponnya lalu berbalik, kulihat Dia
tersunyum saat aku mulai mendekatinya., ‘’ halo ?” (sambutan tangannya seakan
aku baru mengenalnya). “tentu saja aku menjemput sambutan tangannya juga,
Nindy, balasku tersenyum. sebelum itu Dia menatap handponenya lagi. Arahku berbalik
mendengar yang memenggilku, Aku langsung bisa menebaknya itu suara Nathan. Tak
kusangka Nathan dan gadis itu mendekati kami dengan langsungnya mencium pipi
Leri. “ aku manda, teman Leri, lebih tepatnya Pacar, sapanya sambil melambaikan
tangannya padaku”. aku hanya memendang Leri saja lalu mendongak ke wajah Nathan. “ Maaf Nin, Dia pacar aku dan sebelumnya
Nathan sahabatku sama seperti kamu, hanya saja Dia lebih dekat denganku”. Aku
pun masi belum mengerti juga. Kesalnya lagi di tambah saat nathan mala
memberikan sambutan Halo padanya.
Air mataku rasanya tak bisa kubendung
lagi, hingga keluar setetes dengan cepat ku usap lalu hembuskan nafasku dan
berkata “ imajinasi Dokter itu sangat buruk, seandainya pasien itu tau kalau
obatnya mala membuatnya akan mati, maka akan lebih baik jika pasien tidak
menerima obatnya walau sekalipun dalam keadaan kritis. “ Leri tersenyum risih
melihatku, dan apa lagi Nathan yang
seolah tak mengenalnya lagi. keugenggam tanganku erat. Gadis itu meminta Leri
dan Natahan agar pulang secepatnya saja. Nathan tersenyum lagi menatapku lalu
pergi dengan merangkul gadis itu. tinggal la leri dengan wajah yang polos,
setelahnya aku mendongak dengan ekpresi yang tak bisa lagi ku ungkapakan dengan
kata. “ Hai , aku menyapa dengan sunyum natural terbaikku. Lalu kuluapkan
sedikit perasaaanku, “Dunia tidak akan selalau mengelilingmu, sesuai apa yang
kamu inginkan. Tugas mu menjadi sahabat sudah berkurang dan tidak lebih, aku
hanya sunggu kecewa. Bebarapa niat hanya memang di biarkan agar terwujud namun
tak ku sangka hasil niatmu seperti ini. aku harap kau tidak akan melakukannya
lagi, agar orang lain tidak merasakan jadi seperti aku.
Dan
biarkan aku bertanya padamu, kenapa kamu melakukan ini, kenapa ? apa yang salah
kulakukan padamu ?”. lalu ku ucapakan selamat padanya. Tanpa rasa
berdosa Leri masi mengajukan tangannya sebagai salam perpisahanku. Aku menyambutnya dan berkata perangkap yang paling
ampu itu di mulut, lain kali jangan sembarangan percaya sekalipun itu sahabatmu karena banyak
diantara mereka hanya manis di mulut saja dan itu sudah terbukti, sambil kulepaskan tanganku. Kau perlu tau aku tidak membencimu
malahan aku mulia menyukaimu hari ini hanya saja aku sudah tidak ingin melihat wajah mu lagi dan kuberitahu
padamu ”Gadis mu telah menunggu sejak
dari tadi.
Bagimana dengan esok ?, tanyanya tanpa
nyambung. Jangan pikirkan esok, hari ini saja aku bisa tanpa sahabat, mungkin
sahabat yang sekrang hanya menjadi pelajaran bagiku. aku kemudian membelaknginya lalu selangka demi selangka
hingga makin menjau darinya, air mataku mulai
mengalir namun hati ku berkata ini
bukan pertama kalinya, tapi aku sadar membuatku berhenti berjalan kemudian
ku usap wajahku dengan pelan, lalu ku tampakkan senyum natural terbaikku untuk
senja yang sedang menjemput malam.
(Leri menunduk dengan wajah
yang lesu, membelakangi Nindy kemudian kembali menatap handponenya yang berisi pesan dari
Nathan tentang “Campakkkan Dia ya, dengan berpura
pura manda jadi pacar mu”).
No comments:
Post a Comment